Pengembangan sumber energi terbarukan menjadi salah satu topik yang paling santer dibahas di dunia saat ini. Dengan terbatasnya sumberdaya alam yang berupa sumber energi fosil saat ini, manusia dituntut untuk lebih kreatif dalam upaya menemukan sumber energi terbarukan yang dapat memenuhi kebutuhan energi secara global. Sumber energi fosil yang saat ini paling banyak dimanfaatkan adalah minyak bumi, batubara, dan gas alam, yang merupakan 80% konsumsi energi dunia. Sumber energi ini sendiri banyak dipakai sebagai pembangkit listrik dan bahan bakar kendaraan yang notabenenya merupakan kebutuhan utama masyarakat.
Saat ini cadangan minyak dunia yang bisa dipulihkan – dengan cara konvensional maupun non-konvensional – mencapai 1,65 triliun barel (sekitar 198 triliun liter) atau senilai pasokan selama 54 tahun. Jika memerhitungkan faktor pertumbuhan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita, cadangan minyak ini akan habis 18 tahun lebih awal. Sedangkan perkiraan untuk cadangan total batubara dunia per 1 Januari 2009 adalah 948 miliar short ton. Rasio yang dihasilkan dari cadangan batubara untuk konsumsi diperkirakan 129 tahun. Sedangkan untuk gas alam sendiri, cadangan terbuktinya (proved reserves) sekitar 157703,109 m3. Jumlah cadangan ini, dengan tingkat konsumsi gas alam sekarang ini, akan dapat bertahan selama 60 tahun. Dengan estimasi ketersediaan sumber energi tersebut, maka diperlukan pencarian sumber eneergi terbarukan sebelum sumber energi yang ada saat ini, terutama energi fosil, benar-benar habis.
Di Indonesia sendiri, ketergantungan terhadap energi fosil masih sangat tinggi. Pertumbuhan konsumsi energinya merupakan yang paling tinggi di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi energi itu mencapai 7 persen per tahun. Padahal, pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya rata-rata 2,6 persen per tahun. Namun, menurut data British Petroleum Statistical Review, Indonesia yang hanya memiliki cadangan batubara sebesar 4,3 miliar ton atau 0,5 persen dari total cadangan batubara dunia menjadi pemasok utama batubara China yang memiliki cadangan batubara sebesar 114,5 miliar ton atau 13,9 persen dari total cadangan batubara dunia.
Telah banyak sumber energi baru yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang stidaknya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sebut saja energi biomassa, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, tenaga matahari, energi gelombang laut, energi pasang surut, dan energi nuklir. Penemuan sumber energi baru tersebut tak lepas dari peran para ilmuwan kita yang telah melakukan berbagai penelitian dan eksperimen hingga dapat dibuat suatu kesimpulan, yaitu sumber energi baru dapat diciptakan dengan menggunakan sumberdaya yang ada saat ini. Namun, dibalik peran besar para ilmuwan itu, ada satu komunitas yang berpotensi atau mungkin lebih tepat telah ikut berperan dalam upaya menemukan sumber energi terbarukan. Mereka adalah para mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang mengambil program pendidikan bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Indonesia sendiri memiliki suatu sumber energi terbarukan yang jumlahnya sangat melimpah dan berpotensi sebagai sumber energi utama di masa depan. Sumber energi terbarukan tersebut berupa energi panas bumi (geothermal). Sumber energi panas bumi ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dalam skala besar. Potensi panas bumi di dunia yang bisa dimanfaatkan untuk kelistrikan mencapai 113 Giga Watt (GW), di mana 40%-nya dimiliki Indonesia sebesar 28 GW. Dengan potensi sebesar itu, tinggal bagaimana pemerintah bersama para ilmuwan, dengan peran mahasiswa juga tentunya, mengoptimalkan potensi yang ada untuk kesejahteraan rakyat.
Peran Ganda Mahasiswa MIPA: Pemuda dan Kaum Intelektual
Mugkin ada dari anda yang bertanya-tanya, mengapa mahasiswa, terutama mahasiswa MIPA, mempunyai peran penting dalam upaya optimalisasi sumber energi terbarukan? Apakah para ilmuwan tidak cukup mampu untuk mencari dan mengoptimalkan sumber energi yang ada hingga harus memerlukan peran mahasiswa? Peran mahasiswa disini muncul bukan sebagai akibat kurang maksimalnya kinerja dari para ilmuwan kita, melainkan hal itu merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang dilakukan sebagai wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mahasiswa sendiri memiliki beberapa keistimewaan dibanding komunitas lain yang membuatnya layak untuk memainkan peran ini.
Dari makna kata sendiri (khusus dalam bahasa Indonesia) mahasiswa mempunyai kedudukan yang tinggi dengan adanya label 'MAHA'. Dapat dikatakan, mahasiswa adalah sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat dengan berbagai kelebihan dan kesempatan yang dimiliki, mahasiswa mampu sedikit diatas masyarakat. Mahasiswa juga mempunyai idealisme karena tidak terlalu terpengaruh kepentingan suatu golongan dalam menentukan sikap.
Mahasiswa merupakan masyarakat intelektual yang memilki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas.Selain itu mereka juga kaum pemikir bebas yang tercerah. Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas (model) yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas persoalan-persoalan yang ada. Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun. (kompasiana)
Mahasiswa juga mempunyai peran ganda yang tidak dimiliki oleh komunitas selain mahasiswa, yaitu mahasiswa sebagai pemuda dan sebagai kaum intelektual.Ilmuwan itu kaum intelektual, tapi belum tentu dia adalah seorang pemuda.Siswa itu pelajar dan pemuda, namun tingkat kematangannya tak bisa menandingi mahasiswa.Kombinasi kedua peran inilah yang menyebabkan mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang paling berpotensi untuk mengatasi segala permasalahan bangsa, termasuk dalam hal optimalisasi energi terbarukan.
Mahasiswa MIPA mempunyai karakteristik istimewa yang belum tentu dimiliki oleh mahasiswa dari bidang ilmu yang lain. Dengan kajian ilmu berupa matematika, fisika, kimia, dan biologi, mahasiswa MIPA dianggap mempunyai kecerdasan tinggi, daya analisis yang kuat, kedisiplinan, serta kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Hal ini bukan merupakan suatu pandangan subyektif belaka mengingat dalam proses pembelajarannya, mahasiswa MIPA harus menerapkan hal-hal tersebut diatas agar bisa memahami dan menguasai bidang ilmunya.
Mahasiswa MIPA sebagai Agent of Change: Peran dalam Upaya Optimalisasi Energi Terbarukan
Selama ini, mahasiswa mendapatkan label sebagai agent of change, Iron stock, dan Social Control. Mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang bisa membawa perubahan terhadap kondisi masyarakat saat ini.Dalam upaya mengatasi keterbatasan energi, peran mahasiswa sangat ditunggu-tunggu melalui gagasan-gagasan kreatifnya. Dengan nuansa kampus yang mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun, maka harapan masyarakat seperti itu memang lumrah untuk disematkan.
Peran mahasiswa MIPA sendiri dalam optimalisasi energi terbarukan dapat berupa eksplorasi secara langsung teknologi dan sumber energi melalui riset dengan wadah tertentu (lembaga penelitian di universitas, komunitas, dan kelompok diskusi). Dengan adanya kegiatan seperti itu akan timbul banyak ide solutif dan aplikatif yang diberikan dalam kajian ilmu masing-masing.
Misalkan saja mahasiswa biologi dapat melakukan observasi untuk mencari bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai energi alternatif, terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Selain itu juga dapat melakukan pengembangan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan. Mahasiswa fisika dapat mengkaji bahan dari alam berupa air, angin, gelombang air laut, sebagai sumber energi alternatif yang berpotensi untuk menggantikan sumber energi fosil yang saat ini digunakan. Kedua kelompok mahasiswa tersebut dapat bekerja sama dengan mahasiswa matematika dan kimia dalam proses penelitiannya.
Selain itu, mahasiswa juga dapat menuangkan gagasan kreatif dan inovatifnya melalui sebuah karya tulis. Penerapan dengan karya tulis biasanya melalui sebuah lomba karya tulis ilmiah (LKTI). Salah satu wadah yang banyak dikenal oleh mahasiswa untuk menyalurkan idenya melalui karya tulis adalah ProgramKreativitas Mahasiswa (PKM) oleh Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI).Tidak dapat dipungkiri, dari kegiatan ini telah muncul banyak gagasan kreatif, solutif, dan aplikatif yang ditawarkan mahasiswa.Meskipun hanya dalam bentuk karya tulis, namun berpotensi untuk diterapkan dalam kehidupan. Dengan jumlah proposal yang didanai lebih dari sepuluh ribu buah dengan sebagian diantaranya membahas tentang energi terbarukan, menunjukkan bahwa tinggginya antusias mahasiswa, terutama mahasiswa MIPA, dalam upaya pengembangan energi terbarukan.
Dalam kegiatan PKM ini, nantinya gagasan tersebut dapat diterapkan setelah disetujui dan didanai oleh DIKTI.Hal ini juga bisa menjadi referensi pemerintah dan para ilmuwan untuk melakukan riset lebih lanjut. Pada saat penerapan gagasan ini, ada proses monitoring dan evaluasi (monev) dari DIKTI untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan penerapan dari gagasan ini. Setelah tahap monev ini akan ada seleksi lagi untuk menentukan peserta yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Contoh proposal PKM dari mahasiswa MIPA Universitas Negeri Malang tentang sumber energi alternatif adalah “Prototipe Micro Wind Energy Generator Renewable Charger Sebagai Solusi Keterbatasan Sumber Listrik Pada Kereta Ekonomi” (oleh Sugeng Firmansyah dkk) dan “Rancang Bangun Alat Pemotong Rumput Tenaga Surya Tepat Guna Ramah Lingkungan” (oleh Tania Azizah Ayunita dkk).
Dari kegiatan ini pula, mahasiswa juga dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui ide-ide kreatifnya. Pengabdian tersebut dapat berupa pelatihan kepada masyarakat untuk mengoptimalkan sumber energi terbarukan sebagai pengganti sumber energi fosil yang ada dengan cara yang aplikatif tentunya. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan ini. Masyarakat bisa menjadi mandiri dan tidak terlalu terpengaruh ketika nanti terjadi krisis energi. Selain itu, dari kegiatan pengabdian ini, secara tidak langsung juga membantu pemerintah dalam upaya kampanye untuk mengatasi krisis energi melalui optimalisasi energi terbarukan.
Selain memberi gagasan yang aplikatif secara langsung, melalui PKM ini mahasiswa juga bisa memberikan gagasan konseptual sebagai referensi bagi pemerintah dan para ilmuwan untuk melakukan suatu hal yang inovatif. Biasanya gagasan konseptual tersebut merupakan gagasan yang besar dan memerlukan penelitian mendalam sehingga perlu perlakuan khusus untuk mengaplikasikannya. Misalnya saja dalam upaya optimalisasi tenaga panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi terbarukan di masa depan. Mahasiswa dapat memberi gagasan berupa teknik eksploitasi, pengolahan, maupun distribusinya.
Dan, pada akhirnya
Dengan segala potensi yang dimiliki, sekarang tinggal bagaimana mahasiswa itu sendiri menyadari peran serta kedudukannya. Jangan sampai kata ‘mahasiswa’ hanya menjadi sebuah kebanggaan tanpa ada tindaklanjut berupa tindakan nyata. Jangan sampai sebagai seorang mahasiswa MIPA kita hanya mementingkan akademik kita sehingga kurang peka dengan permasalahan sekitar. Satu hal yang perlu diingat dan perlu direnungkan adalah bahwa mahasiswa merupakan agen perubahan. Mahasiswa merupakan tumpuan masyarakat untuk berubah menjadi lebih baik. Mahasiswa adalah ujung tombak bangsa ini dalam upaya mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Catatan:
Esai ini dilombakan dan mendapat juara 1 pada Lomba Esai dalam rangka MIPA Anniversary oleh BEM FMIPA UM