Wajahnya pun menjadi merah
Bukan merah merona tanda tersipu atau bahagia
Tapi merah pucat, dengan wajah yang kusut
Ia nampak takut, ketakutan yang teramat sangat
Ditemukannya sosok yang tak biasa, yang belum pernah ditemuinya
Penyampai wahyu, begitulah julukan sosok tersebut
Malaikat yang akan menemaninya hingga akhir hayat
Sang penyampai wahyu menyeru,
“Bacalah! dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Tubuhnya masih gemetar, ia menjawab, “aku tidak bisa membaca.”
Segera, ia pulang dengan tergesah-gesah
Sampai dirumah, sang istri kebingungan
Sang pujaan hati nampak ketakutan
“Selimuti aku! Selimuti aku!” begitu perintah yang muncul kepada sang istri
Khadijah, sang istri, pun menyelimutinya
Ia masih tak percaya
Allah menegurnya dengan lembut,
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! ”
Ia pun mencoba menenangkan diri
Segera, ia menjadi tersadar
Ada amanah besar yang harus ia kerjakan
Rasulullah, sang utusan Allah, begitulah gelar yang tersemat padanya
Suatu gelar besar, dan hanya orang-orang mulia yang akan mendapatkannya
Ia pun mengasingkan diri seperti biasanya
Berharap wahyu berikutnya datang dan memberi jalan
Sayang, yang ditunggu tak kunjung datang
Sempat berputus asa, dan tak tahu harus berbuat apa
Padahal banyak manusia telah bersyahadat menunggu ajarannya
Tiga tahun berlalu, dan semua tetap sama
Allah mengerti apa yang dirasakan rasul-Nya
Wahyu berikutnya pun turun,
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”
Lalu, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”
Dan, kisah hidupnya mengubah dunia pun dimulai
Allahuma shalli ‘ala Muhammad
Malang, 24 Safar 1437 H