Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk sebesar 252,2 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014), Indonesia menempati peringkat keempat negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Selain itu Indonesia merupakan negara dengan luas hutan terbesar kesembilan di dunia (884.950 km2) dan menjadi negara yang mempunyai hutan hujan tropis terbesar keempat di dunia, salah satu negara pengekspor bahan mentah terbesar, negara dengan cadangan gas alam terbesar keempat di Asia Pasifik, serta negara dengan iklim tropis yang menjadi rumah bagi jutaan jenis tumbuhan dana hewan serta bermanfaat besar bagi kehidupan manusia.
Jumlah penduduk dengan usia produktif di Indonesia juga bisa dikatakan besar. Indonesia diperkirakan mendapat bonus demografi pada tahun 2020 sampai tahun 2030. Bonus demografi sendiri didefinisikan sebagai keuntungan yang didapatkan suatu negara karena jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) jumlahnya jauh melebihi jumlah penduduk usia anak-anak (kurang dari 15 tahun) dan jumlah penduduk usia tua (65 tahun keatas).
Diperkirakan jumlah penduduk usia produktif pada rentan tahun 2020 sampai 2030 adalah sekitar 180 juta jiwa, dimana jumlah ini mencangkup sekitar 70% dari total penduduk Indonesia. (Badan Pusat Statistik)
Generasi Emas Indonesia
Dengan kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan bonus demografi yang ada, maka bukan tak mungkin Indonesia menjadi salah satu poros utama kekuatan dunia di masa yang akan datang. Pemerintah Indonesia sendiri telah menyusun rencana jangka panjang untuk menyiapkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan utama dunia pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
Salah satu cara mencapai visi itu adalah dengan menyiapkan sumberdaya manusia berkualitas untuk menjadi generasi emas yang dapat mengeksploitasi segala kekayaan yang dimiliki Indonesia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia secara khusus dan bagi dunia secara umum.
Selama ini, sumberdaya manusia memang menjadi salah satu faktor utama maju tidaknya suatu negara. Wilson dan Ernesto menyatakan bahwa sentra utama kehidupan adalah SDM. Mereka mengatakan: “If you dig very deeply into any problem, you will get people. The human being is the center and yardstick of everything”. Tentunya, dalam pembangunan SDM ini harus disesuaikan pula dengan karakteristik bangsa Indonesia. Pembangunan SDM berkualitas yang akan disiapkan menjadi generasi emas ini nantinya bukan hanya mereka yang mempunyai kecakapan hidup (life skill) namun juga kecakapan spiritual.
Di Tengah Dinamika Pendidikan di Indonesia
Kualitas SDM berkorelasi dengan kualitas pendidikan, dalam artian karakter Generasi Emas 2045 ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diterima peserta didiknya. Plato menyatakan bahwa: “If you ask what is the good of education, in general, the answer is easy, that education makes good men, and that good men act nobly”. Maka, sudah sepatutnya pembangunan pendidikan menjadi pondasi utama dalam membentuk generasi emas.
Saat ini, Indonesia sedang menjalani masa transisi kurikulum pendidikan dari yang sebelumnya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 menjadi Kurikulum 2013. Dasar penerapan sistem pendidikan di Indonesia sendiri adalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yangdijabarkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Menilik dinamika yang ada saat ini dalam dunia pendidikan Indonesia, kita dapat mengetahui bahwasanya Indonesia belum menemukan formulasi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
Urgensi Pendidikan untuk Membangun Generasi Emas
Dalam rangka membangun sistem pendidikan di Indonesia dalam rangka mencetak sumberdaya manusia berkualitas, maka ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian utama. Sistem pendidikan tersebut harus memberikan porsi yang seimbang untuk Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Kombinasi ketiganya (IESQ) akan membentuk karakter peserta didik. Karakter menjadi bagian penting dalam proses serta output dari sebuah kegiatan pendidikan.
Bung Karno menyatakan bahwa karakter merupakan pendukung utama dalam pembangunan bangsa. Beliau menyatakan, “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building). Karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau character building tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”. Dalam perspektif filosofis dikatakan bahwa education without character, this is sins the basis for misery in the world, The essence of education is to recognize truth. Let your secular education go hand in hand with spiritual education.
Perkembangan teknologi informasi juga harus menjadi salah satu perhatian dalam pembangunan sistem pendidikan. Saat ini, sistem pendidikan di dunia mendapat tantangan untuk mengembangkan inovasi sesuai karakteristik abad 21. Beberapa inovasi dalam pendidikan dalam sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik abad 21 adalah: pembelajaran secara kolaboratif, berpusat pada peserta didik, sumber belajar yang tidak terbatas, serta dapat memadukan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Satu hal lagi yang menjadi permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, namun perannya begitu penting dalam membentuk generasi emas Indonesia, adalah bagaimana menumbuhkan kepakaran atau minat siswa terhadap suatu bidang sejak dini. Sebagian besar negara yang telah memiliki sistem pendidikan yang baik telah mengarahkan peserta didiknya untuk mempelajari bidang yang diminati sejak dini. Namun, hal ini bukan berarti mendistorsikan kegiatan belajar peserta didik hanya pada satu bidang. Mata pelajaran dasar harus tetap diajarkan namun dengan porsi tertentu sesuai kebutuhan peserta didik.
Apakah kita siap?
Adalah suatu keniscayaan bahwa generasi emas yang diharapkan hadir pada momen 100 kelahiran Indonesia dapat terwujud ketika sistem pendidikan yang ada dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan karakteristik bangsa Indonesia dan juga tuntutan dari inovasi pendidikan dan pembelajaran di abad 21. Apalagi, Indonesia mendapat keuntungan yang jarang didapatkan oleh negara-negara di dunia, yaitu kekayaan sumberdaya alam dan bonus demografi.
Dengan adanya bonus demografi ini, Indonesia berkesempatan untuk mencetak sumberdaya manusia berkualitas yang mampu mengelola segala kekayaan yang dimiliki untuk kesejahteraan rakyat Indonesia sesuai kepakaran yang dimiliki. Pertanyaan yang segera muncul adalah, ‘Siapkah kita dengan segala potensi yang ada untuk menjadi bagian dari generasi emas itu?’