Setiap pemimpin itu istimewa, karena ia hanya ada satu dalam sekelompok banyak manusia. Derajat tertinggi kepemimpinan adalah ketika sang pemimpin dipilih atas dasar kuatnya pengalaman dan tingginya pengetahuan. Derajat paling rendah adalah karena ia menjadi pemimpin tersebab tak ada yang bisa dipilih selain dirinya.
Amanah kepemimpinan seringkali dijalankan dengan berlandaskan cara penentuan pemimpin. Seseorang yang dipilih karena dianggap paling baik, akan memberikan kontribusi terbaiknya. Pemimpin yang dipilih disaat terjadi konflik, akan menjalani kepemimpinannya diatas konflik tersebut. Seorang pemimpin yang lahir karena kekuasaan absolut yang kuat, akan menimbulkan otoritarian yang kadang kita tidak bisa membedakan batas antara pengayoman dan pengekangan penguasa. Dan seorang yang dipilih karena tak ada yang lain selain dirinya, tentu harus mencari dukungan massa untuk menjalani kepemimpinannya. Ini pun sebenarnya juga terjadi ketika kita mendiskretkan peran aktif punggawa kepemimpinan dalam menopang pemimpinnya.
Bung Karno dipilih sebagai pemimpin karena ia dianggap yang terbaik pada masanya. Fir'aun (gelar kepemimpinan) adalah contoh pemimpin yang lahir dari kekuasaan absolut. Dan Ali bin Abi Thalib termasuk yang harus menjalani kepemimpinan ditengah pusara konflik dan menghabiskan seluruh masa kepemimpinan dengan menghadapi konflik.
Namun bagaimanapun cara penentuan kepemimpinan, seorang pemimpin tetaplah istimewa. Keistimewaannya juga lahir karena kepribadiannya yang kuat, atau kedewasaan yang matang ditengah pusara konflik atau pada derajat yang lain karena kesabaran, ketabahan, dan loyalitas tak tertandingi ditengah kejenuhan massa. Kecuali jika ia melepas amanah kepemimpinan ditengah jalan.
Keadaan menjadi berbeda ketika dukungan massa begitu kuat dan mereka berperan aktif dalam kepemimpinan. Selemah-lemahnya pemimpin dan kepemimpinan akan menjadi kuat jika mendapat dukungan dari massa.
Pada keadaan seperti ini, pemimpin harus menyatu dengan massa dan bekerja sesuai kehendak massa, karena sekuat apapun jika sang pemimpin tak bisa menyatu dengan massa maka sia-sialah semua kerja yang telah dilakukan. Jika dukungan massa diberikan kepada seorang pemimpin dan kepemimpinan yang kuat, maka akan kita temukan semua makna kejayaan disitu.
Hasan Al-Banna pernah berkata, "Ambillah selemah-lemahnya manusia sebagai pemimpin dan taatilah ia sepenuhnya, maka ia akan menjadi orang terkuat diantara kalian."
Satu hal yang penting, amanah kepemimpinan itu harus memperhatikan hakikat kita sebagai pemimpin, dinamika massa tempat kita memimpin, dan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan khalayak.
*Selamat memberikan kontribusi terbaik untuk para pemimpin terpilih
Malang, 24 Januari 2017