Malam itu di masjid kampus selepas shalat Isya, aku duduk-duduk di serambi timur masjid bersama dua orang kawan. Kami bertiga duduk saling berhadapan satu sama lain. Waktu itu, kami sedang melakukan persiapan untuk mengikuti kegiatan sehingga memerlukan waktu untuk diskusi-diskusi panjang.
“Apa batas dari filsafat Islam?” tanya salah seorang diantara kami. Ini merupakan pertanyaan pokok yang kami gunakan sebagai bahan berdiskusi malam itu.
Kami berdua, aku dan satu orang adik tingkat, saling memandang satu sama lain. Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit, terlampau sulit bahkan. Betapa tidak, pembahasan tentang filsafat selalu memerlukan perhatian dan dan pemahaman yang lebih. Sedikit saja tak bisa mengikuti alur berpikir dengan baik maka pemahaman yang masuk menjadi rancu. Ini tak lain karena filsafat sendiri merupakan ilmu tentang pikiran dan pemikiran mendasar.
Kami berdua akhirnya menyerah karena memang tak ada argumentasi yang bisa dibangun dan dikemukakan.
“Batasnya dijelaskan dalam sebuah hadits: Pikirkankanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat-Nya. (HR Thabrani)“ Kami pun menjadi paham.
Merujuk pada hadits diatas, filsafat diperbolehkan selama tidak membahas seputar Allah sebagai sebuah dzat. Kalaupun ada yang membahas tentang itu, pastinya ia harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat.
Ada suatu perenungan yang bisa kita lakukan berkaitan dengan filsafat ini. Filsafat adalah sumber dari segala sumber ilmu dan telah berkembang sejak sebelum Masehi. Ia membahas tentang hakikat alam semesta dan keberadaan manusia. Karenanya, banyak dari para filusuf yang memilih mengurung diri demi mendapatkan perenungan yang dalam.
Para filusuf ini kadang mendapat stigma negatif karena pekerjaan mereka yang tak nampak bermanfaat dan terkadang mengeluarkan argumen yang tak lazim. Jalaluddin Rumi misalnya, beliau merupakan salah seorang filusuf muslim yang sangat terkenal. Meskipun begitu, beliau tak begitu disukai orang-orang disekitarnya karena ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menyendiri.
Dalam sebuah buku yang pernah ku baca juga, ada seorang ilmuwan muslim yang juga seorang orang filusuf mampu mengemukakan argumen dengan begitu rapi dan meyakinkan. Bahkan disitu dituliskan dengan sebuah kiasan: Ia bahkan bisa saja meyakinkan orang-orang bahwa sebatang kayu kering sebenarnya adalah emas.
Filsafat tidak boleh dipelajari oleh sembarangan orang karena ia akan menimbulkan kerancuan pikiran bagi mereka yang tak siap melakukan proses pemikiran yang mendalam.Namun juga tak bisa dimungkiri bahwa filsafat memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat menjadi induk dari tiga golongan besar ilmu: ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. []
04 Ramadhan 1438 H