Setiap hari Jumat dan Sabtu saya mengisi kelas tambahan Olimpiade Fisika untuk kelas unggulan di salah satu SMP swasta berbasis Islam. Kebetulan pada Jumat (10/1) ini saya membahas materi Cahaya dan Optik di salah satu kelas putri.
Saya memulai penjelasan materi dengan teori singkat, kemudian menunjukkan fenomena Aurora yang terjadi karena letupan Matahari yang diganggu oleh medan magnet Bumi di daerah kutub. Dari sini, mulai banyak yang memperhatikan daripada saat awal kelas dimulai.
Setelah menjelaskan tentang Aurora, saya memperlihatkan gambaran lubang hitam (black hole) yang ukurannya luar biasa besar. Lubang ini mampu menyerap benda yang ukurannya jauh lebih besar dari Matahari sekalipun. Ia juga mampu membelokkan dan menyerap cahaya yang berjalan disekitarnya.
Sampai di sini, semua anak memperhatikan apa yang saya jelaskan, termasuk sedikit anak yang awalnya mencari kesempatan merebahkan diri pada siang yang cukup tenang itu. Tiba-tiba, pertanyaan tentang bagaimana kiamat akan terjadi pun muncul dari mereka.
Saya berada pada posisi ingin menjelaskan hal ini, setidaknya ini bisa jadi taujih hari Jumat bagi mereka. Namun dalam kondisi ini, saya tidak memilih pendekatan teoritis dan terlalu ilmiah untuk mencoba menjelaskan. Pada usia seperti mereka, rasanya tak layak menjelaskan sesuatu secara pakem dan kaku. Akhirnya saya menggunakan pendekatan yang lebih logis dan rasional dengan menggunakan konsep termodinamika dan gaya gravitasi dan menggunakan bahasa yang sederhana. Itu lebih cocok bagi mereka.
Semua memperhatikan ke depan kelas dan saya mulai bercerita.
Dalam keadaan setimbang benda langit di semesta ini, peran gaya gravitasi bagi benda langit sangat penting dalam menopang benda langit yang lebih kecil. Bumi dapat stabil di posisinya karena adanya Jupiter dan Matahari yang lebih besar. Kestabilan Matahari juga ditopang oleh benda yang lebih besar darinya. Begitu seterusnya!
Mereka bisa langsung menerima ini karena cukup logis dan sederhana. Dari sini, saya mulai mengajak mereka untuk membayangkan apa yang terjadi ketika semesta ini mengalami ketidakstabilan.
Ketidakstabilan kecil pada suatu benda yang besar akan mengakibatkan ketidakstabilan lebih besar pada benda kecil yang ditopangnya. Oleh karenanya, hal ini bisa saja menyebabkan ketidakstabilan cukup besar bagi Bumi dan benda kecil lainnya. Sebab itulah bisa jadi Bumi akan bertumbukan dengan benda langit lainnya atau bahkan dengan Bulan. Di sini, semua anak memperhatikan dan beberapa memainkan imajinasinya dengan baik dengan mengernyitkan alis tanda rasa ngeri.
Ketika Bumi akan bertumbukan dengan Bulan atau benda langit besar lainnya, maka benda tersebut akan memasuki atmosfer Bumi. Karenanya, sebelum benda itu menumbuk Bumi akan terjadi tekanan udara yang luar biasa layaknya badai besar dan bahkan bisa menghancurkan gedung-gedung dan membunuh manusia seketika sebelum benda itu sempat menyentuh Bumi. Ini seperti kita didorong terus-menerus sehingga tidak bisa bernafas dan bergerak.
Sampai sini, mulai ada suara histeris khas perempuan meskipun tak terlalu ramai dan keras. Saya mendramatisir cerita untuk mengambil sisi emosional mereka sebagai perempuan yang memang punya ‘kelebihan’ seperti itu, sehingga keadaannya seperti benar-benar nyata bagi mereka.
Untuk melengkapi cerita, saya menghubungkan gambaran tadi dengan bagaimana proses kiamat itu akan terjadi dalam perspektif Islam. Ini sebenarnya sudah biasa bagi mereka.
Dimulai dengan kemunculan Dajjal, lahirnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa, lalu Imam Mahdi mampu mengalahkan Dajjal, dilanjutkan dengan Islam yang akan jaya kembali, meninggalnya Imam Mahdi dan Nabi Isa, dan kemudian huru-hara akhir zaman dan datangnya kiamat. Sebelum kiamat menjelang, orang-orang muslim dimatikan sehingga yang tersisa adalah orang-orang yang tidak taat beragama.
Saya menutup cerita dengan kesimpulan tak jangkap: “Jika kemudian ternyata kita masih hidup saat kiamat itu terjadi, maka itu berarti …”
Suasana kelas pun mulai gaduh. Beberapa anak mengucap istighfar, beberapa menampakkan wajah ketakutan. Ada pula yang terdengar membaca Al-Quran yang awalnya disimpannya dengan rapih, entah karena memang kebiasaan atau apa. Saya membiarkan keadaan kelas seperti itu, tanpa memberi nasehat apapun, dan langsung melanjutkan menjelaskan materi beberapa menit kemudian.
Saat menulis di papan salah satu anak menyeletuk, “Pak, lanjut cerita lagi dong!”, yang lainnya pun ikut mengiyakan. Bagaimanapun, saya harus menyelesaikan materi sehingga berjanji akan menyeritakan hal lainnya di lain kesempatan.
---
Pada dasarnya, sains adalah pelajaran yang menarik dan mengagumkan bagi semua orang. Kesalahan dalam pendekatan pembelajaran sains adalah tidak dijelaskannya jawaban atas pertanyaan “Kenapa saya harus mempelajari sains?” pada awal pembelajaran, dan kegiatan yang kurang dinamis. Maka benarlah orang yang mengatakan ‘Jika kamu merasa sulit mempelajari sesuatu, maka kamu berguru pada orang yang salah’.
Selama saya mengajar, bagian yang paling disenangi oleh murid-murid saya adalah ketika menghubungkan konsep fisika dengan kehidupan keseharian mereka, karena ini juga bagian dari jawaban untuk pertanyaan “Kenapa?” []