Ada orang yang bertanya seberapa banyak buku yang saya miliki sehingga bisa membuat banyak tulisan dengan berbagai tema bahasan. Buku saya sedikit, yang kadang kalau melihat tumpukan pendeknya membuat agak malu karena ternyata baru sedikit yang telah saya miliki dan baca. Kalaupun tulisan saya banyak, itu memang karena hobi menulis saya lebih tinggi daripada hobi membaca buku.
Ringkasnya, saya tidak membatasi bacaan pada buku. Dan itu sudah saya lakukan sejak masih SD.
Saat kecil, keadaan membuat saya tidak begitu dekat dengan orang tua. Suatu hari karena kebosanan, saya membaca buku-buku pelajaran yang selama ini saya biarkan menumpuk di kamar. Saat itu sekitar kelas 3 SD, dan semenjak itu prestasi saya meningkat namun interaksi sosial saya menurun.
Salah satu kebiasaan saya adalah mengoleksi koran bekas hasil hajatan di kampung. Saat ayah pulang hajatan atau tahlil, atau saya sendiri yang ikut kegiatannya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengamankan koran yang dipakai sebagai pembungkus.
Saya membaca setiap halaman koran, terutama jika ada rubrik Internasional dan sepak bola. Membaca berita-berita luar negeri membuat saya menemukan banyak hal baru, terutama mengetahui lingkungan yang sangat berbeda dari tempat tinggal saat ini, meskipun banyak kabar membahas tentang konflik di Timur Tengah. Salah satu berita yang saya ingat hingga kini adalah berpisahnya Serbia dan Montenegro pada 2006, kemudian referendum Kosovo yang membuatnya menjadi negara terakhir pecahan Yugoslavia yang merdeka.
Ketertarikan itu juga yang membuat saya pada akhirnya menyukai pelajaran IPS, selain Matematika. Suatu kali, saya pernah mendapat hadiah satu lusin buku tulis karena mendapat nilai tertinggi UAS mata pelajaran IPS saat kelas 6.
Kebiasaan membaca koran bekas saya lakukan pada dasarnya karena kebosanan membaca buku pelajaran, juga karena tidak mampu membeli buku selain pelajaran. Perpustakaan di sekolah juga tidak berfungsi dan tak memiliki buku sama sekali.
Kebiasaan membaca koran bekas itu berlanjut hingga saat SMA. Bedanya, saat SMA saya mulai sering membaca buku di perpustakaan sekolah dan kadang menyisihkan uang untuk membeli koran dan majalah bola.
Saat kuliah, saya membeli sedikit buku dari uang yang saya miliki. Tema buku yang saya sukai adalah sejarah. Selain itu, juga tertarik dengan buku keilmuan praktis. Kalau dihitung-hitung sampai saat ini, ternyata buku bertema fiksi yang saya miliki tak sampai 5 buku.
Karena keterbatasan dana, saya tak bisa selalu membeli buku yang sebenarnya saya inginkan. Karenanya, saya kadang meminjam buku di perpustakaan kampus untuk tema buku tertentu yang saya minati. Kalau diingat-ingat, dari semua buku yang saya pinjam di perpustakaan kampus tak sampai setengahnya adalah buku penunjang kuliah.
Kebiasaan membaca koran bekas pada akhirnya juga membuat terbiasa membaca artikel panjang baik di website maupun media sosial. Inilah salah satu alasan kenapa sampai saat ini saya masih aktif di Facebook dan setiap hari membuka aplikasinya.
Karena kebiasaan itu pula saya sedikit banyak tahu mana tulisan yang memiliki kredibilitas tinggi dan mana yang cenderung asumtif, sehingga beberapa artikel bagus saya jadikan rujukan tulisan. Banyak artikel juga yang membuat saya mengetahui banyak istilah bagus, meskipun kadang terlalu formal.
Meskipun memiliki minat di bidang kepenulisan, saya tidak terlalu tertantang untuk menulis banyak buku. Adapun proyek buku pertama yang direncanakan memaksa saya untuk mencari banyak referensi yang detail, sehingga memang tidak bisa diselesaikan dengan segera. Saya lebih tertarik mengembangkan jurnalisme pendidikan, ragam baru jurnalistik yang membahas pendidikan mulai dari tingkat filosofis hingga praktis-aplikatif. []