Beberapa pekan lalu saya membaca-baca lini masa Facebook dan mendapati banyak postingan dari fanpage Tere Liye. Tapi kali ini bukan berisi rangkaian kata-kata penuh makna yang memberi pelajaran seperti biasanya. Tere Liye membahas ketidaksukaannya pada buku bajakan serta mengungkap toko-toko buku bajakan di
online marketplace yang bahkan tidak disensor nama dan lokasinya, dengan arahan untuk tidak membeli buku di toko-toko tersebut.
Apa yang ada dipikiran saya saat itu sama dengan banyak komentar yang mampir di postingannya tersebut. Banyak yang mengganggapnya berlebihan dalam mengkritik dan bahkan dianggap menyerang personal. Kemudian, saya mulai mengikuti banyak postingan Tere Liye yang terlihat sebagai bentuk pernyataan perang terhadap buku dan orang yang menjual buku bajakan. Tapi, apakah memerangi secara vulgar, tanpa sensor, dan langsung menjurus adalah sesuatu yang normal?
***
Tak ada yang mengelak jika salah satu alasan para penulis memerangi buku bajakan berhubungan dengan royalti penjualan buku yang terhalang. Namun Tere Liye menceritakan betapa sulitnya menghasilkan karya tulisan dalam bentuk buku. Butuh waktu beebulan-bulan bahkan tahunan untuk melakukan riset, membuat kerangka tulisan, menulis secara lengkap, melakukan revisi, hingga tulisan menjadi sempurna. Belum lagi harus mengurus ISBN, menunggu proses percetakan, promosi, hingga buku tersebut banyak terjual dan digemari.
Lalu kemudian, para mafia mencetak buku bajakan sebanyak-banyaknya dengan alat seadanya dan tentu saja mendapat keuntungan besar dengan memanfaatkan popularitas buku dan penulisnya. Soal pertama yang dilanggar para mafia buku ini adalah moralitas, tidak ada penghargaan terhadap orang yang mengorbankan banyak pikiran dan waktu untuk meghasilkan karya. Kedua, mencari uang dengan cara seperti ini tentu saja adalah bentuk kriminalitas.
Ibaratnya seperti yang sering kita temui bahkan kita lakukan di kelas: Seseorang mengerjakan satu soal fisika selama 10 menit dan selesai dengan benar, salah satu teman kita menyontek secara persis dalam waktu satu menit. Kemudian keduanya mendapat kedudukan dan penghormatan yang sama di mata banyak orang. Bahkan jika si penyontek ini memiliki sedikit keberuntungan, ia bisa jadi lebih sukses dari orang yang bekerja keras tadi.
Yang paling kentara dari buku bajakan saat dijual adalah kualitas cetakan dan harganya. Toko buku atau perorangan yang menjadi
reseller buku asli biasanya paling banyak mendapat keuntungan 30% dari harga buku asli. Buku bajakan memiliki harga yang bahkan tidak mencapai setengah dari harga asli, dengan harga miring tersebut bahkan si penjual sudah mendapat keuntungan lumayan.
Beberapa hari lalu saya mengunjungi pasar buku idaman anak-anak kuliahan. Deretan buku-buku novel berjejeran rapi dan masih terbungkus rapat. Setelah saya amati, saya mengetahui bahwa sebagian besar -atau mungkin semua- buku novel itu adalah bajakan, termasuk buku non-fiksi lain yang menyempal. Saya mengambil satu buku, menanyakan harganya, dan mendapati bahwa harga buku itu hanya sepertiga dari harga buku asli.
***
Pada dasarnya saya tidak terlalu kaget dengan sikap Tere Liye yang seperti itu, terutama karena saya pernah diberitahu bahwa ia pernah terjun ke dunia politik praktis dengan menjadi kader salah satu partai politik sehingga pemahamanya bukan sekadar urusan karya tulis dan popularitas, tapi juga dunia di balik layar yang kadang menunjukkan kekelaman dan kekejamannya.
Pada akhirnya, menjadi penulis dan pembaca adalah pekerjaan sulit di Indonesia. Setidaknya indikasinya adalah tema-tema buku populer itu sebatas fiksi, motivasi, dan buku seputar keilmuan untuk pelajar dan mahasiswa. Maka, hanya orang-orang gila yang mau menulis tema buku di luar itu di Indonesia.
Menjadi pembaca buku juga sebuah dilema tersendiri. Tentu saja alasan utamanya adalah tingkat ekonomi dan prioritas pemenuhan kebutuhan, yang kemudian menjadi alasan seseorang menjadi penikmat buku bajakan. Kalau saja setiap orang memiliki penghasilan yang cukup, termasuk para pelajar, siapa juga yang mau membeli buku bajakan atau bahkan mengunduh ebook gratisan? []