|
Bangunan kuno di Ephesos (Pera Air)
|
Setelah berakhirnya era filsafat di Melitos, episentrum baru filsafat muncul di Ephesos, Asia Minor. Herakleitos (540-480 SM) menjadi salah satu tokoh pentingnya dimana pandangannya tentang konsep alam semesta masih terpengaruh oleh guru-guru filsafat di Melitos.
Herakleitos berpandangan bahwa terdapat permulaan dari seluruh keberadaan benda di alam semesta ini. Ia mengatakan bahwa permulaan itu adalah api. Herakleitos menjelaskan secara rinci pandangannya ini, mirip seperti Thales yang mengatakan air sebagai permulaan dan Anaximenes yang menganggp udara sebagai permulaan. Oleh karena hidup di zaman permulaan filsafat dan fokus pandangan terhadap kejadian alam, maka pemikiran yang seperti ini menjadi lumrah di masa itu namun tidak relevan untuk saat ini.
Pandangan Herakleitos tak selalu tentang kejadian alam semesta. Ia membuat konsepsi tentang Logos sebagai entitas yang menggantikan Mythos dalam upaya mengembangkan pemikiran yang lebih rasional. Para filusuf awal mengembangkan pemikiran yang 'bebas nilai' dengan cara memalingkan diri dari mitologi Yunani yang populer saat itu. Penemuan tentang Logos inilah yang menjadikan Herakleitos sebagai salah satu 'guru besar' filsafat alam. Konsepsi tentang Logos ini kemudian memunculkan istilah logika yang dipakai hingga hari ini.
Logos didefinisikan sebagai pikiran yang benar. Ia menjadi hukum yang berlaku pada 'alam kecil', yaitu pikiran manusia dimana ia menjadi dasar (norma) perbuatan manusia. Karenanya, Logos menjadi 'kewajiban' dalam menjalankan akal manusia.
Proses pembebasan pikiran dari mitologi sebaga produk Mythos berlangsung perlahan namun pasti. Dalam pandangan masyarakat Yunani yang tradisional, contoh kasusnya, pelangi dianggap sebagai dewi yang bertugas sebagai pesuruh dewa-dewa lainnya. Para filusuf menolak pandangan ini. Pada awalnya, mereka mengatakan bahwa pelangi merupakan awan. Satu abad berikutnya, mereka mengetahui bahwa pelangi terjadi akibat pembiasan sinar matahari di langit, hal ini sekaligus membuat penolakan secara mutlak bahwa pelangi adalah seorang dewi.
Dalam pandangan Logos, prasangka menjadi sesuatu yang harus dihindari, mengingat pengalaman sebagai dasar berpikirnya tidak menyatakan kebenaran yang sebenar-benarnya karena pengalaman manusia yang terbatas.
Kelak, Logos juga akan membuka jalan lebar filsafat menjadi lebih rasional dan empiris dalam memandang segala hal. Hal ini terutama ketika filsafat bertransformasi dari filsafat alam ke filsafat klasik yang membahas alam kecil, yaitu pikiran manusia. Ini mencangkup juga konsepsi tentang metafisika yang pemikiran tentang hal ini banyak bergesekan dengan konsepsi ajaran-ajaran agama. []
Referensi:
1. Muhammad Hatta dalam buku ‘Alam Pikiran Yunani’
2. Prof. Dr. K. Bertens dalam buku ‘Sejarah Filsafat Yunani’
3. Imron dalam jurnal ‘Sejarah Filsafat; Filsafat Kuno “ Periode Axial” dan Asal-Usulnya’
More From Author
Filsafat