Pythagoras lahir sekitar tahun 580 SM di Samos. Ia sepantaran dengan Xenophanes dari kalangan filusuf Elea. Pythagoras memilih hijrah ke semenanjung Italia yang dahulu masih menjadi bagian dari Yunani kuno karena daerah asalnya diperintah oleh raja tiran bernama Polykrates. Ia pun menetap di Kroton saat berusia sekitar 50 tahun dan mengembagkan ajarannya di sana.
Filsafat Pythagoras identik dengan dua hal: aliran mistisisme (keagamaan) dan matematika. Ia mengajarkan dua hal ini kepada murid-muridnya dengan rasio yang seimbang. Karenanya, Pythagoras adalah orang yang sangat istimewa dalam dunia filsafat pra-Sokrates.
Sekte Keagamaan Milik Pythagoras
Saat menetap di Kroton usai hijrahnya, Pythagoras mendirikan sekte keagamaan yang dipengaruhi aliran orfisisme. Mereka mencari ketenangan dengan cara mengasingkan diri dari masyarakat dan selalu mengamalkan peribadatan.
Pythagoras mengajarkan penyucian ruh. Ia percaya bahwa jiwa suatu makhluk akan berpindah ke makhluk yang lain ketika sudah meninggal (ber-reinkarnasi). Phythagoras percaya bahwa manusia itu asalnya dari Tuhan. Jiwa adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke Bumi karena dosa. Jiwa itu akan kembali ke tempatnya bersama Tuhan jika semua dosa telah dihapuskan.
Pada ajaran lainnya, ia mengatakan bahwa hidup ini adalah persiapan untuk menghadapi akhirat. Apa yang dikerjakan hari ini akan menjadi penghidupan di akhirat kelak. Pythagoras juga dikenal sebagai pengajur vegetarianisme. Ia percaya bahwa dengan menghindari daging hewan, maka manusia akan mendapatkan kehidupan yang murni.
Pythagoras tidak meninggalkan ajaran atau pemikiran secara tertulis. Ajarannya telah bercampur dengan perkataan muridnya sehingga ketika muridnya mengatakan “Pythagoras mengatakan itu!” maka pernyataan tersebut akan langsung dibenarkan.
Teori tentang Angka
Selain dikenal sebagai guru mistisisme, Pytagoras juga dikenal sebagai ahli matematika dan berhitung. Salah satu penemuannya yang dipakai hingga kini adalah Teorema Pythagoras pada segitiga.
Ia termasuk orang yang paling awal mengemukakan teori tentang angka yang menjadi dasar dari ilmu hitung. Berkaitan dengan keteraturan alam, ia mengatakan bahwa alam ini tersusun atas angka-angka. Ada matematika, ada susunan, dan ada keteraturan. Badan-badan di langit memiliki gerakan yang teratur dan edaran yang pasti. Pythagoras sering mengistilahkan keteraturan itu sebagai ‘kesejahteraan langit’.
Pandangan lainnya, ia mengatakan bahwa benda-benda tersusun atas angka-angka secara tersurat. Terdapat angka genap dan ganjil dimana 1 merupakan angka istimewa yang bersifat genap dan ganjil.
Dua Sekte yang Terpisah
Pada dasarnya, ajaran Pythagoras mengintegrasikan kepercayaan kepada Tuhan dan pemahaman tentang angka yang menyusun keseimbangan alam. Amal dan ilmu dianggap sebagai jalan untuk menyucikan ruh manusia. Namun ajaran Pythagoras yang terlampau tinggi membuat muridnya terbagi ke dalam dua kubu.
Ada sebagian muridnya yang menganut aliran mistik Pythagoras dan tidak mau mempelajari ilmu pengetahuan. Sebaliknya, ada kelompok yang hanya mempelajari ilmu namun tidak mengamalkan peribadatan mereka. Pada suatu titik, kedua kelompok ini bahkan saling mengejek satu sama lain.
Penganut ajaran mistik Pythagoras menganggap bahwa ajaran ilmu pengetahuan tidak menarik dan tidak bermanfaat sehingga mereka tidak pernah memperdalam ilmu berhitung, matematika, ilmu astronomi, dan lain sebagainya. []
Referensi:
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. 1980. Depok: UI Press
More From Author
Filsafat