|
Sofisme (source: Qureta)
|
Sofisme memiliki empat guru utama, yaitu Protagoras, Gorgias, Hippias, dan Prodikos. Sebagian dari mereka merupakan seorang perantauan yang kemudian menetap di Athena. Ajaran kaum sofis mulai tenar sejak Athena mendapat kemakmuran pasca perang.
Ajaran utama sofisme adalah soal retorika dan pidato. Dalam ajaran mereka, suatu pernyataan dapat bernilai benar jika dibumbui dengan muslihat yang bagus lewat retorika. Soal kepercayaan masyarakan Yunani tentang dewa-dewa, beberapa guru sofis meragukannya sehingga mereka akhirnya dipersekusi.
Baca juga:
SOFISME; Sebuah Paradoks dalam Dunia Filsafat (Bagian 1/2)Protagoras (481-411 SM)
|
Protagoras (source: The Famous People) |
Protagoras merupakan seorang perantauan dari Abdera yang kemudian menetap di Athena. Ajaranya terkenal antara tahun 444 sampai 443 SM. Ia teridentifikasi sebagai bekas murid Herakleitos, terlihat dari caranya bersoal dan semboyan “panta rei” milik Herakleitos yang sering didengungkannya.
Bagi Protagoras manusia itu adalah ukuran bagi segalanya, bagi yang ada karena adanya, bagi yang tidak ada karena ketiadaannya. Maksudnya, semua hal harus ditinjau ke dalam diri masing-masing manusia. Apa yang dikatakan baik bagi satu orang, boleh jadi jahat bagi orang lain: “Alamku adalah bagiku sendiri, orang lain juga memiliki alamnya sendiri.”
Protagoras berpendapat bahwa bukan hanya kejadian alam yang senantiasa berubah, namun juga pandangan manusia. Setiap subyek (manusia) memandang sesuatu (obyek) dari sudut padangnya masing-masing, dimana setiap orang memandang pada wajah obyek yang berbeda. Setiap pandangan memuat tentang pandangan, namun bukan pengetahuan tentang benda itu. Seperti halnya pandangan mata, pandangan pikiran juga berubah-ubah. Tidak ada kebenaran umum, yang ada adalah pengetahuan yang relatif.
Protagoras termasuk orang pertama yang mengajarkan retorika. Baginya, jika setiap pendirian pada dasarnya berdiri sepadan, maka terdapat muslihat yang bisa membuatnya kuat. Muslihat itu adalah retorika. Cerdik, tangkas, dan lucu adalah jalan untuk membenarkan pendirian di hadapan orang banyak. Retorika menjadi puncak kepandaian sofistik.
Di masa tuanya, Protagoras dituntut di muka pengadilan berkaitan dengan pandangannya tentang kepercayaan dewa-dewa. Ia menyatakan keraguannya tentang keberadaan para dewa dalam mitologi Yunani. Protagoras pun melarikan diri ke daerah Sisilia dan sesaat kemudian meninggal. Buku-bukunya yang membahas tentang dewa-dewa dibakar.
Gorgias (483-375 SM)
|
Gorgias (source: Alchetron)
|
Gorgias berasal dari Leontinoi di Sisilia. Ia datang ke Athena pada tahun 427 SM (usia sekitar 56 tahun) sebagai utusan kota. Ia merupakan ahli pidato, dan mengajarkannya di Athena. Gorgias sedikit banyak tahu tentang Filsafat Elea karena kampung halamannya berdekatan dengan tempat tersebut.
Gorgias menganut paham nihilisme. Menurutnya, tidak ada sesuatu yang benar. Ia mengemukakan tiga alasan. Alasan yang dikemukakan, ia percaya bahwa tidak ada sesuatu yang kekal dan meskipun yang kekal itu ada, kita tidak bisa mengetahuinya. Namun jika kiranya kita bisa mengetahuinya, kita tidak bisa mengabarkannya kepada orang lain.
Ia mengajarkan hal tersebut kepada murid-muridnya dengan memanfaatkan retorika, yang dibumbui dalil-dalil paradoks. Ia mengajak orang-orang untuk meniadakan (nihil) segala-galanya. Namun, pokok ajaran Gorgias memiliki hubunganyang aneh dengan ajaran Protagoras. Protagoras menganggap bahwa setiap soal masih ada kemungkinan untuk memiliki kebenaran, sedangkan Gorgias meniadakan kebenaran sama sekali.
Hippias
|
Hippias (source: Simply Knowledge)
|
Hippias berasal dari Elis. Ia sedikit lebih muda dari Protagoras. Di tempat asalnya, Hippias mengajarkan beberapa ilmu, yaitu berhitung, geometri, astronomi, bahasa, musik, dan lainnya. Ia merantau ke Athena sebelum terjadinya perang Peloponesos dan menjadi guru sofis.
Hippias banyak membahas soal moral. Baginya, hukum negara memperbudak manusia karena tidak sesuai dengan hukum alam. Hukum yang diberlakukan negara membuat manusia melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki alam. Namun, dirinya tidak menganjurkan untuk melanggar hukum negara. Meskipun begitu, para kaum sofis muda membuat pernyataan ini sebagai pegangan kuat sehingga menjadi pertentangan tajam yang menimbulkan anarki.
Prodikos
|
Prodikos (source: Alchetron)
|
Prodikos berasal dari Keos yang terletak di sebuah pulau kecil. Ia seumuran dengan Hippias. Prodikos sering berpidato dan membahas soal agama dan etika. Ia juga menyinggung dewa-dewa kepercayaan orang Yunani.
Prodikos memandang kematian sebagai sesuatu yang baik karena memutus rantai kejahatan. Ia heran kepada orang-orang yang takut menghadapi kematian. Soal etika, ia mengatakan bahwa pandai atau tidaknya orang memakai suatu barang tergantung derajat moralnya. Moral menentukan barang yang dipakai menimbulkan kejahatan atau kebaikan.
Menurut Prodikos, kebaikan atau keburukan pada suatu tingkah laku dapat dipandang secara relatif. Suatu perilaku dapat dikatakan baik atau buruk tergantung keadaannya bagaimana, sehingga satu perilaku bisa bernilai baik pada satu orang namun buruk di saat yang lain.
--
Di kemudian hari, soal pengetahuan dalam dunia sofistik cenderung membahas tentang moral. Pengertian moral dianggap subyektif, sehingga tak ada standar baku dari suatu moral yang baik.
Perjalanan kaum sofis tak selalu mujur. Mereka banyak mendapat pertentangan dari kaum kuno. Tindakan mereka juga diaggap melemahkan kedudukan pemerintah yag memegang teguh kepercayaan atas mitologi Yunani. []
More From Author
Filsafat