Selama hidupnya, Sokrates memiliki banyak murid. Ada tiga orang yang mengaku melanjutkan
ajarannya usai Sokrates meninggal karena hukuman mati. Mereka adalah Euklides, Antishenes, dan
Aristippos. Sebenarnya, mereka hanya mengajarkan beberapa bagian dari ajaran Sokrates, dengan
tambaha ajaran filsafat lain yang sudah mereka pelajari terlebih dahulu.
Euklides (bukan Euklides ahli matematika asal Alexandria, Mesir) mengajarkan filsafatnya di kota Megara. Sebelum berguru pada Sokrates, ia telah mempelajari filsafat di Elea terutama ajaran Parmenides. Cara mempertahankan pendapatnya juga mirip dengan Zeno yang juga berasal dari Elea. Antishenes pada awalnya merupakan mrid dari Gorgias dari kalangan kaum sofis. Usai Sokrates meninggal, ia membuka sekolah filsafat di Athena dengan nama Gymnasium Kynosarges. Antishenes menyimpang dari ajaran Sokrates dalam dua hal, yaitu memungut biaya sekolah dan ajaran tentang ‘pengertian’.
Aristippos mengajarkan filsafatnya di Kyrena. Sebelum menjadi murid Sokrates, ia merupakan murid dari guru dari kalangan sofis. Ajarannya jauh menyimpang dari ajaran Sokrates. Menurutnya, kesenangan hidup haruslah menjadi tujuan.
Meskipun ketiganya membuka sekolah Sokrates sebagai bentuk kecintaan pada gurunya, namun sesungguhnya pengikut Sokrates yang sebenar-benarnya adalah Plato.
Kehidupan Plato
Plato (427-347 SM) lahir di Athena dan berasal dari keluarga aristokrat yang memegang peranan penting dalam politik Athena secara turun-temurun. Nama aslinya adalah Aristokles. Nama Plato diberikan oleh guru senamnya (gimnastik) karena badannya yang tinggi dan tegap, bahunya yang lebar, serta parasnya yang elok sesuai dengan gambaran perawakan manusia ideal saat itu.
Masa kecil Plato dihabiskan dengan belajar mata pelajaran umum, menggambar-melukis, serta puisi dan musik. Kelebihan Plato adalah pandai menyatukan seni dan ilmu. Pandangan filsafat yang abstrak dapat dengan mudah dilukiskan dengan puisi yang indah. Tidak ada filusuf sebelum dan sesudahnya yang mampu menandingi kemampuan ini.
Plato juga mendapat pelajaran filsafat dari Kratylos yang merupakan mantan murid Herakleitos. Namun rupanya ajaran filsafat Kratylos tak hinggap dalam kalbu Plato. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itu pula yang kemudian memberikan kepuasan bagi Plato.
Usai Sokrates meninggal, ajarannya tetap menancap kuat di pikiran Plato. Dalam segala tuisannya yang berbentuk dialog, Sokrates diposisikan sebagai pujagga yang menuntun. Ia juga menggambarkan Sokrates sebagai korban penindasan dari suatu sistem demokrasi yang berubah menjadi anarki.
Kisah Pengembaraan
Tak lama setelah Sokrates meninggal, Plato meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun lamanya dengan menyinggahi Megara, Kyrena, Italia Selatan, dan Sisilia. Di Megara, Plato menuliskan beberapa karya berbentuk dialog berdasarkan ajaran Sokrates. Di Kyrena, ia belajar ilmu matematika dari Theodoros dan juga mengajar filsafat serta mengarang buku.
Saat tinggal di Sisilia, Plato diajak untuk tinggal di istana oleh raja yang tiran, Dyonisius. Selama tinggal di istana, Plato menjadi sahabat karib dengan adik ipar sang raja yang bernama Dion. Plato dan Dion pun sepakat untuk memengaruhi Dyonisius dengan ajaran filsafatnya agar tercapai perbaikan sosial. Namun ajaran Plato lama-lama terasa menjemukan bagi sang raja. Akhirnya Plato malah ditangkap dan dijual sebagai budak dengan tuduhan membahayakan kerajaan. Seorang bekas muridnya, Annikeris, mengenali Plato saat dijual sehingga ia pun langsung menebusnya.
Sahabat-sahabat dan para pengikut Plato di Athena mengumpulkan uang demi menebus Plato dari Anikeris, namun uang itu ditolaknya dan iapun mengatakan, “bukan tuan-tuan saja yang punya hak untuk memelihara seorang Plato.”
Pada akhirnya, uang yang terkumpul tersebut digunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan ke Plato untuk digunakan membangun sekolah filsafatnya. Di tempat tersebut didirikan rumah sebagai sekolah serta pondokan yang dikelilingi oleh kebun yang indah. Tempat itu diberi nama ‘Akademia’, sebuah sekolah filsafat dimana Plato mengajar sejak berusia 40 tahun hingga meninggal 20 tahun kemudian. [bersambung]
More From Author
Plato