Karya Plato rata-rata berupa tulisan dalam bentuk dialog yang jumlahnya sekitar 34 buah. Karya ini belum termasuk tulisan-tulisan berbentuk surat dan puisi. Model tulisan berbentuk dialog terstruktur ini mirip dengan bagaimana gurunya, Sokrates, mengajar semasa hidupnya.
Menurut FR Schleiermacher, ajaran yang diberikan Plato lewat karyanya sudah terencana dan metodik. Di dalam tulisan Plato pada mulanya diberikan pengetahuan yang elementer, kemudian pembaca diajak memikirkan hal-hal itu seterusnya dengan jalan dialektika, hingga akhirnya pikiran pembaca matang tentang masalah yang dibahas. Tulisannya yang metodologis tercermin dalam yang sangat konstruktif seperti Dialogue, Republik, dan Timaios.
Carl Friederich Hermann (1839) berpendapat bahwa karya-karya yang dihasilkan Plato dapat diurutkan menjadi empat kategori masa berbeda sesuai perkembangan pemikirannya. Masa pertama adalah saat Sokrates masih hidup sampai beberapa saat setelah ia meninggal. Buku-buku yang ditulis adalah: Apologie; Kriton; Ion; Protagoras; Laches; Politeia Buku I; Lysis; Charmides; dan Euthyphron. Pada masa ini, seluruh isi tulisannnya terinspiras dari Sokrates.
Masa kedua adalah ketika Plato merantau ke Megara. Masa ini disebut sebagai ‘masa peralihan’. Karya-Karya yang diduga ditulis pada masa itu adalah Gorgias, Kratylon, Menon, Hippias, dan beberapa lainnya. Kebanyakan yang dibahas adalah pertentangan politik dan pandangan hidup, diungkapkan dengan kata-kata bagus tapi bersemangat.
Masa ketiga adalah masa dimana Plato mendapatkan kematangan pikirannya. Banyak tulisannya menjadi karya terkenal bahkan sampai ribuan tahun. Diantaranya adalah Phaidros, Symposion, Phaidon, dan Politea Buku II sampai X. Pokok ajaran Plato adalah tentang ‘idea’ yang menjadi dasar bagi teori pengetahuan, metafisika, fisika, psikologi, etika, politik, dan estetika. Buku Politeia membahas mulai dari konsep keadilan hingga bentuk negara ideal.
Masa keempat, ditulis pada hari-hari tuanya. Buku berbentuk dialognya yang dikarang saat itu adalah Theaitetos, Parmenides, Sophistos, Politikos, Philibos, Timaios, Kritias, dan Nomoi. Dalam Timaios, terdapat perpaduan antara filsafat Elea dan Herakleitos pada tingkat yang lebih tinggi. Karya ini bisa dikatakan berisi ajaran teologi tentang lahirnya dunia dan pemerintahan dunia.
Tentang Idea
Ajaran filsafat Plato merupakan hasil analisis dari berbagai bentuk filsafat Yunani kuno saat itu yang yang saling bertentangan dan kemudian disintesis menjadi karya yang lebih tinggi. Inti dari pemikiran Plato adalah ajaran tentang idea.
Paham tentang idea bisa dikatakan sangat sulit untuk dipahami, dikarenakan konsep idea itu yang selalu berkembang. Pada awalnya idea merupakan teori logika, kemudian melebar maknanya menjadi pandangan hidup, dan kemudian berkembang lagi sebagai dasar umum bagi ilmu dan sosial-politik, juga mencangkup pandangan tentang agama.
Filsafat Plato berfokus untuk mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Pandangan Plato bertolak belakang dari ajaran etika Sokrates yang mengatakan bahwa ‘Budi adalah tahu’, seorang yang mengetahui sudah selayaknya memiliki perangai yang baik. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato, bukan budi. Soal bahasa misalnya, hanya pikiran yang dapat
menangkap logika yang tepat dari hubungan kata-kata. Pengetahuan dari berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan dari pengalaman.
Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Dunia yang bertubuh (dunia fisik) adalah dunia
yang dapat diketahui dari pengalaman dan pandangan. Dalam dunia itu, semuanya bergerak dan senantiasa berubah, tidak ada yang tetap dan kekal.
Etika Plato
Ajaran etika Plato sama dengan Sokrates, bersifat intelektual dan rasional. Baginya, tujuan hidup adalah mencapai kesenangan hidup. Kesenangan hidup yang dimaksud bukan memuaskan hawa nafsu, melainkan pengetahuan yang tepat mengenai nilai barang-barang yang dituju.
Di bawah cahaya idea, kebaikan orang harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup. Antara kepentingan perseorangan dan kepentingan masyarakat tidak boleh ada pertentangan.
Menurut Plato, ada dua macam budi (dikembangkan dari ajaran gurunya, mengetahui adalah budi). Pertama, budi yang timbul dari pengetahuan dengan pemahaman pengertian. Kedua, budi biasa yang dibawa oleh kebiasaan umum. Pada model kedua ini, Sikap hidup tidak timbul dari keyakinan, melainkan disesuaikan dengan aturan moral yang mengikat orang banyak.
Secara umum,ajaran etika Plato bersumber daari pandangannya tentang idea. [bersambung]
More From Author
Plato