Hari-hari berlalu di masa menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Rohis Fisika adalah salah satu tempat dimana aku menghabiskan sebagian besar waktu dalam menempa diri di kampus. Tiga tahun lamanya berada dalam lingkaran organisasi ini: berteman, berkarya, dan berbagi.
Bukan tempat yang besar memang. Hanya organisasi Islam lingkup jurusan dengan program dan dana kegiatan yang terbatas. Namun selalu ada hal menyenangkan berada dalam organisasi semacam ini. Bukankah pada setiap organisasi yang ‘kecil’ selalu ada rasa kekeluargaan yang begitu erat?
Kami bersyukur karena di tengah kesederhanaan itu begitu banyak dukungan menyertai. HMJ dan birokrat Jurusan yang mengayomi serta teman-teman jurusan yang menyambut hangat keberadaan Rohis kami. Bahkan, kami berkolaborasi mengadakan khataman bulanan di jurusan dengan dukungan dana penuh dari jurusan serta melibatkan mahasiswa umum. Mushola jurusan kami juga terawat dengan begitu baik.
Di tengah berbagai rutinitas, ada semacam tantangan yang rasanya patut untuk disambut. Tantangan untuk membuat Rohis ini menjadi lebih besar dengan jaringan yang lebih luas. Ada pengaruh kebermanfaatan yang lebih luas yang patut untuk diambil melalui Rohis Fisika. Bukan hanya untuk mahasiswa atau masyarakat yang menjadi obyek dakwah kami, namun juga kami para anggotanya.
Kami memiliki identitas khusus sebagai organisasi kerohanian. Selain membawa nama Islam, kami juga membawa nama sebuah bidang ilmu yang mengagumkan: Fisika. Kami membawa nama Fisika mewakili dua hal: Jurusan dimana kami bernaung dan idenitas keilmuan yang kami geluti. Rasanya masih jarang bagi kami untuk mengolaborasikan dua hal itu dalam suatu kegiatan khusus. Memang, seringkali dalam kajian tiap pekan kami membahas tema sains Islam, namun seharusnya kami bisa melakukan lebih dari itu.
JRMN; Sebuah Perkenalan
Sebuah pamflet kegiatan muncul di lini masa Facebook. ‘Musyawarah Nasional VI Jaringan Rohis MIPA Nasional (JRMN)’ judulnya. JRMN? Aku baru mendengar ada organisasi perkumpulan Rohis MIPA se-Indonesia semacam itu, bahkan pada usia mereka yang cukup lama. Rohis Fisika kami seharusnya tergabung di dalamnya, selain juga pada FSLDK.
Barangkali ini adalah kesempatan besar buat Rohis kami untuk memiliki jaringan yang lebih luas dengan organisasi serumpun di luar kampus UM. Berdasarkan informasi dari senior, kami memang pernah berinteraksi dengan teman-teman dari kampus lain yang tergabung dengan JRMN dan mengikuti kegiatannya. Namun itu sudah lumayan lama dan tak berlanjut lagi hingga kini.
Singkat cerita, kuajak berdiskusi teman-teman di Rohis jurusan lain di MIPA: MIC (Matematika), CIS (Kimia), dan FKKB (Biologi). Kami pun membulatkan tekad untuk hadir di Munas yang berlangsung di Bogor pada 9-11 Oktober 2015 itu demi misi bisa tergabung dalam JRMN. Barangkali, ini menjadi ikhtiar untuk mengembangkan organisasi, juga memperbanyak relasi bagi anggota kami.
Kami berangkat ke Bogor dengan dua orang delegasi. Aku mewakili Rohis Fisika dan seorang temanku dari CIS (Rohis Kimia), Anak Agung namanya. Sayangnya, hanya kami berdua yang menjadi perwakilan dari Kota Malang. Teman-teman dari Forkalam FMIPA UB sedang memiliki hajatan lain dan tak ada tanda-tanda keberadaan Rohis di Fakultas Sainstek UIN Malang .
Sampai di Kota Hujan
Ketidakberuntungan menyelimuti kami berdua sejak keberangkatan. Habisnya tiket kereta api yang paling murah membuat kami harus merogoh kocek hampir dua kali untuk naik kereta yang lebih bagus. Perjalanan memakan waktu 12 jam dan kami harus turun di Stasiun Pasar Senen Jakarta untuk kemudian menuju Bogor menggunakan KRL. Ini adalah pengalaman kami menggunakan KRL, apalagi harus naik-turun beberapa kali untuk menuju destinasi yang kami inginkan. Pada akhirnya kami bisa sampai di tujuan, kampus utama IPB, dengan selamat.
Kami diantar menuju penginapan dan bertemu dengan banyak kawan baru di sana. Beberapa orang berasal dari kampus di Sumatera dan Kalimantan. Juga ada seorang anak muda penuh semangat yang terpaut dua angkatan dariku, namanya Wingky. Kelak, ia mampu meraih mimpinya untuk melanjutkan studi pascasarjana di Jepang.
Pada hari sebelum kegiatan Munas JRMN itu, kami saling berkenalan dan bercerita banyak hal soal keadaan Rohis kami masing-masing. Mulai dari program inovatif, sentimen negatif, hingga tantangan dalam mengembangkan organisasi.
Muslim Saintis
Hari dimulainya Munas JRMN telah tiba. Tidak terlalu ramai memang, namun bukan berarti forum berjalan dengan lengang. Sedikit-banyak bahasan dalam Munas serta intrik antar-peserta memberikan banyak informasi bagi kami yang baru berkenalan dengan organisasi ini. Mereka yang menjadi presidium sidang adalah orang paling senior diantara kami, juga sebagai informan utama sebab lamanya bergelut di JRMN. Tak ayal sesekali mereka menyela untuk memberi informasi yang memang sebagian besar dari kami tidak mengetahuinya, termasuk ‘sisi gelap’ organisasi ini.
Selama jalannya sidang, tersingkap fakta bahwa beberapa Rohis MIPA terlihat sudah mapan dari segi manajemen organisasi dan SDM. Bahkan beberapa diantaranya memiliki jumlah anggota sampai ratusan serta memiliki program mentoring wajib bagi maba di fakultasnya. Beberapa diantaranya kalau tidak salah adalah UNNES, UNS, UNY, dan UNPAD.
Secara organisasi dan jaringan, memang JRMN belum begitu paripurna. Jaringan ke beberapa kampus bahkan sudah terputus sejak lama, termasuk dengan kami di Malang serta Bali dan Nusa Tenggara. Berbeda level jika dibandingkan dengan FOSSEI misalnya yang menaungi Rohis Ekonomi di seluruh Indonesia. Kami bisa memastikan bahwa sebelum Munas ini, gerakan JRMN masih stagnan dengan program terbatas. Kegiatan ini seakan momentum untuk melakukan reformasi organisasi dan ekspansi lebih besar. Kelak, kami yang berasal dari Malang juga berperan memperkuat jaringan ke Bali (Universitas Udayana) dan Nusa Tenggara (Universitas Mataram).
Dalam sidang ini pula, ada semacam komitmen untuk menjadikan jargon muslim saintis sebagai karakter organisasi. Anggota JRMN tak hanya ingin dikenal sebagai muslim, namun muslim yang menggeluti bidang ilmu sains serta mengintegrasikan keduanya. Ada keinginan kuat agar kedepannya isu-isu seputar sains, baik secara teoritis maupun praktis-aplikatif, menjadi obyek kajian rutin JRMN, tentunya dalam perspektif Islam. Sesuatu yang jarang dilakukan selama ini.
Tak lupa pula kami mencoba merealisasikan tujuan awal kedatangan kami soal keanggotaan. Kami mendapati bahwa Puskomnas sedang berupaya untuk mengumpulkan semua kontak organisasi Rohis MIPA secara nasional untuk kemudian melakukan konfirmasi keanggotaan. Pekerjaan ini kemudian akan diteruskan oleh Puskomnas yang terpilih pada Munas kali ini. Adanya perbaikan data keanggotaan membuat kami secara otomatis kami tergabung sebagai anggota dan turut membantu JRMN memperluas keanggotaan. Dalam sistem JRMN, terdapat Puskomnas dan Wilayah-Wilayah basis koordinasi dengan satu kampus sebagai koordinator wilayah. Wilayah V terdiri dari Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Kami tergabung di dalamnya.
Penghormatan untuk Kami
Ada dua agenda penting dalam sidang pleno terakhir: Pemilihan Puskomnas JRMN periode 2015- 2017 dan Menentukan tuan rumah Munas JRMN 2017. Kami sudah menduga beberapa kampus menjadi unggulan dalam pencalonan Puskomnas JRMN. Mereka memiliki segala yang dibutuhkan untuk menjadi koordinator Rohis FMIPA seluruh Indonesia.
Kami sebagai orang baru, percaya pada siapapun yang terpilih sebagai Puskomnas. Namun tak disangka, beberapa orang juga mengajukan kami dari UM sebagai calon Puskomnas JRMN. Tentu saja kami tak menganggap ini secara serius. Kami menganggap pengajuan yang dilakukan beberapa orang itu adalah sebuah tanda persahabatan yang hangat.
Singkat cerita, Haska JMF FMIPA UNY terpilih sebagai Puskomnas JRMN periode 2015-2017.
Pada agenda pengajuan tuan rumah Munas JRMN 2017, setiap wilayah diminta untuk berkumpul dan mengajukan satu kota untuk menjadi calon tuan rumah. Dari Wilayah V, yang hadir pada Munas ini adalah perwakilan dari Surabaya, Jember, dan kami dari Malang. Mau tak mau, setidaknya salah satu dari kota kami akan diajukan.
Tidak ada pembicaraan panjang. Teman-teman dari Surabaya sejak awal menjelaskan bahwa mereka kedepan akan fokus pada kegiatan internal. Sementara itu teman-teman dari Jember sadar diri bahwa mereka tidak mungkin menjadi tuan rumah kegiatan akbar itu dengan SDM yang terbatas.
Atas keadaan itu, mereka ingin mengajukan Malang sebagi tuan rumah Munas. Tentunya kami tak boleh gegabah mengambil keputusan. Aku menghubungi teman-teman yang ada di Malang untuk meminta pendapat mereka atas pengajuan ini. Aku meyakinkan mereka bahwa jika nantinya terpilih, akan sangat besar manfaat yag didapatkan Rohis di kampus kami. Selain itu, aku juga menghubungi ketua Rohis MIPA UB, barangkali kami bisa menjadi tuan rumah bersama.
Setelah proses komunikasi panjang itu, kami bersepakat mengajukan Malang sebagai perwakilan Wilayah V untuk menjadi calon tuan rumah Munas JRMN 2017. Temanku, Anak Agung, mewakili tim kami dalam proses screening calon tuan rumah Munas.
Rupanya, sedari awal sudah banyak yang antusias mendukung Malang sebagai tuan rumah. Suasana kota yang nyaman, cuaca yang bersahabat, serta akomodasi yang cukup mudah menjadi alasan utama bagi mereka semua untuk mendukung kota kami. Apalagi, dan ini menjadi salah satu alasan paling rasional bagi mereka, Malang secara geografis berada ‘di tengah-tengah’ sehingga bisa dijangkau terutama mereka yang berasal dari Timur.
Putusan soal tuan rumah Munas JRMN 2017 pun diambil dan Malang benar-benar ditetapkan sebagai tuan rumah. Kami cukup senang atas putusan ini dengan beberapa alasan. Pertama, ini akan memastikan bahwa kami juga ikut serta pada Munas selanjutnya, karena jika dilaksanakan di kota lain kami belum tentu bisa hadir. Kedua, hampir bisa dipastikan bahwa Rohis kami di UM akan berkembang pesat dengan jaringan yang lebih luas dan pengalaman lebih ketika menangani kegiatan besar itu. Ketiga, pemilihan kota Malang merupakan bentuk sambutan yang begitu hangat untuk kami yang sebenarnya ‘bukan pemain lama’ di JRMN. Ini memberi semagat lebih bagi kami untuk berkontribusi di JRMN.
Hari terakhir kami di Bogor pun datang. Sayangnya kami tak bisa mengikuti agenda penutupan karena berdekatan dengan jadwal kereta kami. Segala yang terjadi sebelum, selama, dan setelah Munas JRMN ini memberi kesan penting bagi kami. Ini juga memberi kesempatan bagi Rohis kami untuk memperbarui nafasnya. []